Sabtu, 11 Februari 2012
Jumat, 10 Februari 2012
Seorang raja sedang mencari putra mahkota, ia mengutus 3 anaknya untuk dites. "Pergilah anakku, lakukanlah tindakan yang paling jauh terdengar dan juga paling lama dikenang orang." Pergilah mereka bertiga ke penjuru negeri.
Tiga tahun kemudian, mereka kembali dan ditanya oleh ayahnya. Anak pertama bercerita:"aku pergi keperbatasan, disana aku menjadi kesatria, aku banyak merebut wilayah dan membebaskan banyak desa dari perampok, kesatrialah tindakan yang paling jauh terdengar dan lama dikenang.
Anak kedua bercerita:"Aku pergi berdagang ke negeri yang jauh aku banyak keuntungan dan aku menjadi kaya, banyak orang yang kagum kekayaanku, dan hartaku. menjadi kaya adalah tindakan yang paling jauh terdengar dan paling lama dikenang."
anak ketiga :"Ayah aku tidak melakukan apa-apa aku hanya ingin semua orang sehat, aku berguru pada seorang tabib dan seorang guru bijak, aku belajar menolong orang lain dengan apa yang aku bisa lakukan, banyak orang datang kepadaku minta nasehat dan kata bijak untuk membangun hidup mereka dan ketentraman, serta hidup damai. Terus terang aku tidak tahu tindakan yang paling jauh dan lama dikenang orang, yang aku lakukan aku ingin menolong orang lain. ijinkanlah aku mengundurkan diri dari pencalonan putra mahkota."
Kata Raja itu:"Terus terang aku tidak tahu, karena kalian melakukan yang terbaik, karena semuanya berguna bagi kerajaan ini. kalian sendirilah yang bisa mutusan siapa yang layak jadi raja."
"Kalau begitu ayah ijinkanlah kami berembug untuk mengambil keputusan": kata Anak pertama. Beberapa waktu kemudian berbicaralah anak pertama :" kesepakatan kami, anak ketiga yang menjadi raja, negeri ini butuh raja memerintah yang bijaksana dan aku dan adikku akan membantu, aku panglima yang melindungi kerajaan ini dan adikku akan menjadi bendahara kerajaan mengatur keuangan kerajaan."
Raja tersenyum:"Anakku sungguh bijaksana pemikiranmu, aku terima, kerajaan tidak akan kuat jika seorang diri dan tirani, kebijaksanaan adalah yang utama mensejahterakan yang lemah dan berbudi pekerti serta memiliki moralitas yang baik, disisi lain juga perlu pertahanan yang kuat agar selalu aman dan damai, juga keuangan yang kuat mendukung kesejahteraan rakyat, kalian harus bersatu, satu dari kalian membelot kerajaan akan hancur camkanlah itu."
Maka negeri itu menjadi aman, makmur dan sejahtera.Memiliki budipekerti yang luhur, memiliki moralitas yang tinggi dan suka bekerja keras.
Bagaimana dengan negeri kita, tanyalah pada dirimu sendiri?
Seorang kakek menambahkan beberapa sendok gula ke dalam tehnya. Lalu seorang pria bertanya,"Apakah nanti tehnya tidak terlalu manis karena anda sudah menambahkan lebih dari 8 sendok gula ke cangkir tersebut?" dengan tenang kakek tersebut menjawab, "Teh ini belum akan terasa manis sebelum saya aduk."
Gula dalam air teh hanya akan mengendap di bawah dan tidak akan larut merata kalau kita tidak aduk. pelajaran yang kita dapatkan dari cerita ini adalah, bawa potensi sudah ada di dalam diri anda, tetapi belum akan menjadi apa2 jika tidak digunakan dengan efektif.
Rabu, 08 Februari 2012
Berbuat Baik....
Pada hari berikutnya datang seorang bangsawan dan rombongannya
Beberapa tahun berlalu. Sia anak petani tersebut berhasil lulus dari St. Mary's Hospital Medical School, London. Di kemudian hari, bocah itu dikenal dengan nama Sir Alexander Fleming, sang penemu penisilin.
Setahun kemudian, putra si bangsawan sakit keras terkena pneumonia. Untunglah nyawanya tertolong berkat penisilin. Siapakah bangsawan tersebut? Tak lain, Lord Randolph Churchil, dan putranya siapa lagi kalau bukan Winston Churchil.
Sebuah kebaikan sekecil apapun memiliki mata rantai kebaikan yang panjang dan besar bagi orang lain dan diri sendiri. Selamat berbuat baik!
Selasa, 07 Februari 2012
Jejak Kaki
Footprints.
One night a man had a dream. He dreamed he was walking along the beach with the Lord. Across the sky flashed scenes from his life. For each scene, he noticed two sets of footprints in the sand: one belonging to him and the other to the Lord. When the last scene of his life flashed before him, he looked back at the footprints in the sand. He noticed that many times along the path of his life there was only one set of footprints. He also noticed that it happened at the very lowest and saddest times of his life.
This really bothered him and he questioned the Lord about it. "Lord, you said that once I decided to follow you, you'd walk with me all the way. But I have noticed that during the most troublesome times of my life, there was only one set of footprints. I don't understand why when I needed you most you would leave me".
The Lord replied, "My son, my precious child, I love you and would never leave you. During your times of trial and suffering, when you see only one set of footprints, it was then that I carried you".
Terjemahannya:
Jejak kaki.
Pada suatu malam ada seseorang bermimpi. Ia bermimpi bahwa ia sedang berjalan di sepanjang pantai bersama dengan Tuhan. Di langit terlihat adegan-adegan dalam hidupnya. Untuk setiap adegan, ia memperhatikan ada dua pasang jejak kaki di pasir: satu pasang adalah miliknya dan yang lain adalah milik Tuhan. Ketika adegan terakhir dari hidupnya terlihat di hadapannya, ia melihat kembali pada jejak kaki di pasir. Ia memperhatikan bahwa seringkali di sepanjang jalan hidupnya hanya ada satu pasang jejak kaki. Ia juga memperhatikan bahwa itu terjadi pada waktu-waktu yang paling rendah dan paling menyedihkan dari hidupnya.
Ini betul-betul menyusahkan dia dan ia bertanya kepada Tuhan tentang hal itu. "Tuhan, Engkau berkata bahwa sekali aku memutuskan untuk mengikut Engkau, Engkau akan berjalan dengan aku di sepanjang jalan. Tetapi aku telah memperhatikan bahwa pada waktu-waktu yang paling menyusahkan dari hidupku, di sana hanya ada satu pasang jejak kaki. Aku tidak mengerti mengapa pada saat aku paling membutuhkan Engkau, Engkau meninggalkan aku".
Tuhan menjawab: "AnakKu, anakKu yang berharga, Aku mencintai engkau dan tidak akan pernah meninggalkan engkau. Pada saat-saat ujian dan penderitaan, ketika engkau melihat hanya ada satu pasang jejak kaki, pada saat itulah Aku sedang menggendong engkau".
Margaret Fishback