Senin, 01 Januari 2018

Wanita di mata Allah
Ayat bacaan: Titus 2:3
================
“Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah”

Seorang teman saya pernah bercerita bahwa sahabatnya kecewa ketika memeriksakan istrinya yang hamil dan mengetahui bahwa anak yang dikandung ternyata berjenis kelamin wanita. Menurutnya anak perempuan itu tidak berharga. “Tidak bisa membawa nama keturunan dan lebih repot mengurusnya..” demikian katanya seperti yang dikutip teman saya itu. Dalam adat istiadat di beberapa suku bangsa mungkin memang seperti itu, demikian pula dalam beberapa kepercayaan. Status wanita seringkali dianggap lebih rendah dari pria. Hak-hak mereka terbatas, mereka berada dibawah kontrol suami sepenuhnya dan tidak lebih dari dayang-dayang atau bahkan robot yang bisa dikendalikan seenak hati. Ada seorang teman lainnya yang bercerita bahwa ia merasa bosan dengan kehidupannya setelah menikah. “Saya dilarang keluar sendiri, keluar bersama teman-teman bahkan sesama wanita sekalipun. Saya harus selalu di rumah, tidak boleh memakai internet, dan kalau mau keluar harus selalu bersamanya. Kalau tahu seperti ini, saya tidak mau menikah.” katanya dengan sedih. Ia termasuk orang yang langsung menikah tanpa pernah saling mengenal satu sama lain sebelumnya, seperti yang dipercaya oleh sebagian kelompok masyarakat. Ketika saya bertanya mengapa ia setuju untuk menikah, ia pun menjawab, “karena saya wanita dan saya tidak punya hak untuk menolak..” Saya tersentak dan berpikir, serendah itukah wanita di mata mereka? Bukankah wanita pun diciptakan oleh Tuhan secara istimewa sama seperti pria? Jika ya, tidakkah wanita pun punya hak-hak mereka sendiri setidaknya sebagai sesama manusia? Dalam kekristenan, wanita bukanlah dipandang sebagai “warga” atau “manusia” kelas dua yang posisinya rendah dan boleh direndahkan. Saya sendiri tidak pernah melarang istri saya untuk pergi bersama teman-teman atau keluarganya. Bagi saya, pernikahan bukanlah sesuatu yang membuat saya punya hak mengurung istri saya dalam sangkar dan menguasai mutlak hidupnya. Tidak, dan tidak akan pernah. Nyatanya kehidupan pernikahan saya bisa tetap indah dan harmonis, atau bahkan lebih baik dari hari ke hari.

Apakah mungkin Tuhan menciptakan wanita untuk berada di bawah kaki pria, atau hanya berfungsi sebagai pelengkap penderita saja dan tidak layak untuk mendapat kehormatan? Atau haruskah wanita menyesal dilahirkan bukan sebagai pria, seperti halnya sahabat dari teman saya itu? Saya percaya tidak demikian. Di mata Tuhan semua manusia ciptaanNya sama berharga, dan sama dikasihiNya. Tidak ada perbedaan gender dalam curahan kasih yang berasal dari Allah. Dan Alkitab pun banyak mencatat bahwa wanita memiliki peran-peran yang luar biasa penting bagi kelangsungan hidup manusia. Bukan saja sebagai sosok yang melahirkan, tetapi punya peranan yang luar biasa vital pula dalam perkembangan manusia termasuk di dalamnya dari segi spiritual. Tidakkah aneh apabila peribahasa mengatakan “surga ada dibawah telapak kaki ibu”, yang menempatkan ibu pada sebuah posisi yang sangat mulia, sementara di sisi lain wanita dianggap tidak punya hak untuk merasakan kebahagiaan? Haruskah seorang wanita ditindas, diatur dan dikuasai seenaknya oleh pria, dan dibedakan hak-haknya? Hari ini mari kita lihat bagaimana pandangan Tuhan mengenai penciptaan wanita dan apa sebenarnya tugas yang diberikan kepada kaum hawa.

Sejak awal kitab Kejadian dengan jelas Tuhan sudah menyatakan peran penting figur wanita. Perhatikan ayat berikut: “TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (Kejadian 2:18). TIDAK BAIK, IT IS NOT GOOD, kata Tuhan, bagi pria untuk hidup sendirian. Maka wanita pun Dia ciptakan dengan fungsi sebagai penolong. Bukan pelengkap penderita, bukan objek untuk direndahkan, tetapi penolong. Lantas penolong yang bagaimana? Firman Tuhan mengatakan: penolong yang sepadan. Bukan dibawah, tetapi sepadan, sederajat. Kata penolong dan sepadan menunjukkan dengan jelas bagaimana pentingnya arti wanita di mata Tuhan dan bagaimana posisi sebenarnya dalam tujuan Tuhan menciptakan wanita.

Dalam Titus kita melihat adanya pesan penting lainnya buat wanita. Demikian bunyinya: “Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah..” (Titus 2:3). Wanita yang dewasa diingatkan agar hidup sebagai orang-orang yang beribadah. Ayat ini kemudian dilanjutkan dengan peringatan “jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik.” Ini penting untuk diingat agar para wanita dewasa mampu “mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya.” (ay 4-5). Dan semua ini dilakukan “agar Firman Allah jangan dihujat orang.”  Rangkaian ayat-ayat ini menunjukkan satu hal: bahwa peran yang diemban wanita sungguhlah penting. Bukan hanya bagi diri mereka sendiri dan keluarga, tetapi lebih dari itu juga penting untuk merepresentasikan Kerajaan Allah di muka bumi ini. Tidak hanya pria yang punya tugas mulia, wanita pun demikian pula. Seorang wanita yang mengemban tugas dengan baik dan menjalankan fungsi mereka seperti yang dikehendaki Tuhan bisa menjadi kesaksian tersendiri di muka bumi ini. Itu bukan tugas sepele, dan jelas merupakan tugas terhormat. Terhormat, itu artinya wanita bukanlah diciptakan tanpa arti atau lebih rendah dibanding ciptaan Tuhan lainnya.

Membaca kembali ayat bacaan kita di atas, para wanita diminta untuk menunjukkan kehidupan sebagai orang-orang beribadah. Kata beribadah bukanlah sekedar ke gereja atau menyanyikan puji-pujian, tetapi lebih dari itu, sebuah ibadah sejati haruslah menyangkut segala aspek kehidupan kita, termasuk mempersembahkan diri kita sendiri sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan bagi Allah. “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Roma 12:1).

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kering dan gersangnya hidup tanpa adanya sentuhan wanita. Bayangkan bagaimana dunia tanpa adanya kehadiran para wanita, bayangkan jika tidak ada ibu dan pendamping kita dalam meniti hidup. Wanita bukanlah diciptakan Tuhan sebagai mainan, perhiasan, boneka atau objek pelampiasan pria. Wanita boleh saja dianggap rendah oleh sebagian kelompok masyarakat, tapi hal itu jelas tidak berlaku dalam Kekristenan. Hari ini secara khusus saya ingin memberikan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada anda, kaum wanita. Bersyukurlah jika anda dilahirkan sebagai wanita, sebab anda istimewa di mataNya. Bagi yang punya anak wanita, mereka adalah anugerah yang indah dari Tuhan yang lebih dari layak untuk anda syukuri. Para wanita, embanlah tugas dan fungsi seperti yang telah dipesankan Tuhan dengan sebaik-baiknya, dan jadilah kesaksian yang indah yang akan memuliakan Tuhan di mata dunia. Bagikan kehidupan yang bermakna yang mampu memperkenalkan kasih Tuhan yang begitu besar bagi manusia, karena saya tidak bisa membayangkan apa jadinya hidup ini tanpa kehadiran anda.

Wanita diciptakan istimewa sebagai penolong yang sepadan, tidak lebih rendah, dan setumpuk tugas penting yang diemban menunjukkan pentingnya figur wanita dalam kehidupan.

sumber : http://24hoursworship.com/wanita-di-mata-allah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar